“yayayaya…. Kejar aku kalau berani. ” katanya sambil
menjulurkan lidah kepadaku.
“kena kau…” kataku
dengan memegang lengannya dengan sangat erat. “aku bisa kan..”
“iya.. suatu saat nanti aku pasti gag akan bisa kamu
tangkap.”
“Coba saja..” kataku dengan sangat puas, diapun ikut tertawa
bersamaku.
Itulah hal
yang paling aku rindukan bila dia tidak berlibur ke rumah neneknya. Karena
rumah neneknya bersebelahan dengan rumahku. Namaku Rasya dan sahabatku bernama
Debie. Kita bersahabat sejak kami duduk di taman kanak-kanak. Namun sekarang masa-masa indah itu tak dapat
kami ulang kembali karena sahabatku itu harus ikut keluarganya pindah ke luar
kota. Aku sangat merindukannya, 6 tahun begitu cepat berlalu.
Saat ini aku akan menanggalkan pakaian merah putih yang
sekarang berubah menjadi biru putih. Aku ingin merayakan ini bersama sahabat
keciku. Hari ini adalah hari pertama aku masuk smp. Seperti biasanya setelah
sarapan aku lalu pergi ke halaman depan karena mang udin sudah siap menungguku.
Mobilpun melaju dengan cepatnya.
Sesampainya di sekolah aku lalu berbaur dengan teman-temanku
yang lain. Hari ini mungkin hanya hari perkenalan saja. Ku jalani hari ini
dengan penuh keyakinan. Sepulang sekolah aku segera pulang ke rumah. Aku ingin
bercerita banyak kepada mama. Semenjak debie pergi keluar kota mama adalah
pengganti debie.
“ma..ma..”
“maaf non, nyonya ndag da di rumah.” jawab bibi dari arah
dapur.
“mang kemana bi??” tanyaku.
“sedang ada urusan mungkin non, bibi juga kurang paham.”
“ya udah bi, makasih ya..”
Kulangkahkan kakiku menuju kamarku. Walaupun hari ini aku
sangat semangat tapi rasanya sangat capek. Kuletakkan tasku di meja belajarku.
Arah mataku tertuju kepada sepucuk surat di atas meja belajarku. Lekas kuambil
surat itu dank u baca selembar kertas kecil dari balik amplop biru laut. Dalam
hatiku bertanya-tanya dari siapakah surat ini.
Dear sahabatku..
Setelah
sekian lama kita tak bertemu, mungkin telah banyak kejadian yang kau alami
tanpa diriku. Aku ingin bercerita seperti dulu, bermain di halaman rumahmu,
menanam pohon bersama kakek. Aku sangat merindukan itu semua. Namun setelah
kejadian beberapa bulan yang lalu, mungkin itu semua kini hanyalah sebuah
kenangan belaka. Aku tak bisa lagi melakukan hal itu . lupakanlah aku. Anggap
saja kita tak pernah berjumpa. Karena aku sangat merindukanmu, sahabatku.
Kalau kamu
memang benar-benar sahabatku, aku mohon lakukanlah itu. Karena itu hal terbaik
untuk kita berdua.
Seseorang yang kini tinggal kenangan
Debie
Tak terasa air mata jatuh perlahan-lahan keluar dari
mataku. “apa yang terjadi?kenapa aku tak
boleh lagi menemuinya?” pikirku terus-menerus gelisah. Aku coba menghubungi
rumahnya, namun tak ada satu orangpun yang mengangkatnya. tiba-tiba mama
memanggilku dari belakang.
“sya.. tadi ada surat lo buat kamu?”
“iya ma.. .”
“dari siapa,nak?”
“dari Debie, ma.”
“kenapa wajahmu kayak gt? Seharusnya kan kamu senang.”
“ Debie jahat ma..” q gag boleh ketemu lagi ma dia. Mulai
detik ini aku gag akan lagi mengangap Debie sahabatku.”
“AKU BENCI DEBIE”
Aku berteriak sekeras-kerasnya dan berlari menuju kamarku
dan gag boleh ada yang berusaha menggangguku. Aku ingin melupakan semua
kenanganku bersamanya. Aku benci dengan semuanya. Aku benci dengannya. Itulah
yang ada di dalam benakku saat ini. Hanyalah perasaan benci dan kesal yang
menyelimutinya.
Pagi ini seperti pagi-pagi biasanya. Namun rasa kesal tetap
selalu ada di hatiku. Aku bingung, aku khawatir dengan keadaannya. Tapi aku
juga benci dengan sikapnya.
Tak lama setelah itu aku di ajak mamaku berkunjung kerumah
Debie. Awalnya aku enggan pergi kesana. Aku telah muak dengan semuanya. Namun
rasa khawatirku ini yang membuat aku mau pergi kesana.
Sesampainya di rumahnya, hanya ada mamanya. Kami saling
bercakap ria di ruang tamu.
“rasya sudah besar ya sekarang.”
“iya tante.” Jawabku dengan senytum hambarku.
“o ya gimana kabanya Debie jeng?” sahut mamaku tiba-tiba.
“o Debie.. iya dia juga sehat kug..” o bentar aku panggilkan
dia dulu. Pasti kalian kangen banget, kan udah lama gag ketemu.” Kata tante
Hani sambil melangkahkan kakinya ke ruang keluarga.
Aku hanya diam mendengarnya.
Tak lama kemudian, tante Hani mendorong kursi roda yang di
naiki oleh seseorang yang sudah lama aku kenal. “gag mungkin itu Debie.”
Pikirku
“Debie..” apa yang terjadi?” hatiku rasanya di hantam batu
yang besar sekali. Sahabatku duduk terkulai lemas di kursi roda. Apa yang
terjadi padamu? Kenapa kau takj pernah member kabar kepadaku?”
“kenapa kamu kesini sya? Bukankah aku sudah bilang, jangan
temui aku lagi, aku sudah tidak pantas lagi menjadi sahabatmu.”
“Bie..” kamu sahabatku. Aku menghatirkanmu setiap harinya.
Apa yang terjadi padamu?”
“Sebulan yang lalu Debie mengalami kecelakaan yang
mengakibatkan kakinya lumpuh seperti sekarang ini, Sya.” Jawab mama Debie
dengan menangis.
“aku gag mau membuatmu kecewa. Aku takut kamu malu mempunyai
teman cacat seperti aku.” Aku mau kamu menjauhiku karena kita gag mungkin
melakukan kenangan kita dulu. Dan pastinya itu semua hanya mimpi buatku
sekarang.”
“Bie.. aku menerima kamu apa adanya untuk menjadi
sahabatku.” Walaupun kamu seperti apapun aku akan menerima kamu.” Kamu mau kan
jadi sahabatku lagi?”
“hemb” jawab Debie dengan anggukan kepala. Aku memeluknya
dengan erat. Dengan penuh tangisan aku memeluknya. Aku gag mau kehilangan
sahabatku kembali. Mamaku menenangkan mama Debie. Dengan saling menagis terharu
melihat aku dan Debie berpelukan.
Mulai saat ini aku setiap minggu rajin berkunjung ke rumah
Debie dan aku setia menemaninya untuk melakukan terapi. Di sela-sela itu aku
mencoba untuk perlahan-lahan membuat kenangan masa lalu itu terwujud
kembali.Aku sangat senang sahabat kecilku telah kembali. Terima kasih Allah,
Kau telah mengembalikan sahabat kecilku.
by : Wind
Universitas Jember
0 komentar:
Posting Komentar