www.HyperSmash.com
Search Engine

Sahabat KecilKu

“awas kau,,bie!!  aku akan mengejarmu..” kataku sambil terus berlari mengejarnya. 
“yayayaya…. Kejar aku kalau berani. ” katanya sambil menjulurkan lidah kepadaku.
 “kena kau…” kataku dengan memegang lengannya dengan sangat erat. “aku bisa kan..”
“iya.. suatu saat nanti aku pasti gag akan bisa kamu tangkap.”
“Coba saja..” kataku dengan sangat puas, diapun ikut tertawa bersamaku.
        Itulah hal yang paling aku rindukan bila dia tidak berlibur ke rumah neneknya. Karena rumah neneknya bersebelahan dengan rumahku. Namaku Rasya dan sahabatku bernama Debie. Kita bersahabat sejak kami duduk di taman kanak-kanak.   Namun sekarang masa-masa indah itu tak dapat kami ulang kembali karena sahabatku itu harus ikut keluarganya pindah ke luar kota. Aku sangat merindukannya, 6 tahun begitu cepat berlalu.
Saat ini aku akan menanggalkan pakaian merah putih yang sekarang berubah menjadi biru putih. Aku ingin merayakan ini bersama sahabat keciku. Hari ini adalah hari pertama aku masuk smp. Seperti biasanya setelah sarapan aku lalu pergi ke halaman depan karena mang udin sudah siap menungguku. Mobilpun melaju dengan cepatnya.
Sesampainya di sekolah aku lalu berbaur dengan teman-temanku yang lain. Hari ini mungkin hanya hari perkenalan saja. Ku jalani hari ini dengan penuh keyakinan. Sepulang sekolah aku segera pulang ke rumah. Aku ingin bercerita banyak kepada mama. Semenjak debie pergi keluar kota mama adalah pengganti debie.
“ma..ma..”
“maaf non, nyonya ndag da di rumah.” jawab bibi dari arah dapur.
“mang kemana bi??” tanyaku.
“sedang ada urusan mungkin non, bibi juga kurang paham.”
“ya udah bi, makasih ya..”
Kulangkahkan kakiku menuju kamarku. Walaupun hari ini aku sangat semangat tapi rasanya sangat capek. Kuletakkan tasku di meja belajarku. Arah mataku tertuju kepada sepucuk surat di atas meja belajarku. Lekas kuambil surat itu dank u baca selembar kertas kecil dari balik amplop biru laut. Dalam hatiku bertanya-tanya dari siapakah surat ini.
                                                                                                         Dear sahabatku..
Setelah sekian lama kita tak bertemu, mungkin telah banyak kejadian yang kau alami tanpa diriku. Aku ingin bercerita seperti dulu, bermain di halaman rumahmu, menanam pohon bersama kakek. Aku sangat merindukan itu semua. Namun setelah kejadian beberapa bulan yang lalu, mungkin itu semua kini hanyalah sebuah kenangan belaka. Aku tak bisa lagi melakukan hal itu . lupakanlah aku. Anggap saja kita tak pernah berjumpa. Karena aku sangat merindukanmu, sahabatku.
Kalau kamu memang benar-benar sahabatku, aku mohon lakukanlah itu. Karena itu hal terbaik untuk kita berdua.


                           Seseorang yang kini tinggal kenangan

                           Debie

Tak terasa air mata jatuh perlahan-lahan keluar dari mataku.  “apa yang terjadi?kenapa aku tak boleh lagi menemuinya?” pikirku terus-menerus gelisah. Aku coba menghubungi rumahnya, namun tak ada satu orangpun yang mengangkatnya. tiba-tiba mama memanggilku dari belakang.
“sya.. tadi ada surat lo buat kamu?”
“iya ma.. .”
“dari siapa,nak?”
“dari Debie, ma.”
“kenapa wajahmu kayak gt? Seharusnya kan kamu senang.”
“ Debie jahat ma..” q gag boleh ketemu lagi ma dia. Mulai detik ini aku gag akan lagi mengangap Debie sahabatku.”
“AKU BENCI DEBIE”
Aku berteriak sekeras-kerasnya dan berlari menuju kamarku dan gag boleh ada yang berusaha menggangguku. Aku ingin melupakan semua kenanganku bersamanya. Aku benci dengan semuanya. Aku benci dengannya. Itulah yang ada di dalam benakku saat ini. Hanyalah perasaan benci dan kesal yang menyelimutinya.
Pagi ini seperti pagi-pagi biasanya. Namun rasa kesal tetap selalu ada di hatiku. Aku bingung, aku khawatir dengan keadaannya. Tapi aku juga benci dengan sikapnya.
Tak lama setelah itu aku di ajak mamaku berkunjung kerumah Debie. Awalnya aku enggan pergi kesana. Aku telah muak dengan semuanya. Namun rasa khawatirku ini yang membuat aku mau pergi kesana.
Sesampainya di rumahnya, hanya ada mamanya. Kami saling bercakap ria di ruang tamu.
“rasya sudah besar ya sekarang.”
“iya tante.” Jawabku dengan senytum hambarku.
“o ya gimana kabanya Debie jeng?” sahut mamaku tiba-tiba.
“o Debie.. iya dia juga sehat kug..” o bentar aku panggilkan dia dulu. Pasti kalian kangen banget, kan udah lama gag ketemu.” Kata tante Hani sambil melangkahkan kakinya ke ruang keluarga.
Aku hanya diam mendengarnya.
Tak lama kemudian, tante Hani mendorong kursi roda yang di naiki oleh seseorang yang sudah lama aku kenal. “gag mungkin itu Debie.” Pikirku
“Debie..” apa yang terjadi?” hatiku rasanya di hantam batu yang besar sekali. Sahabatku duduk terkulai lemas di kursi roda. Apa yang terjadi padamu? Kenapa kau takj pernah member kabar kepadaku?”
“kenapa kamu kesini sya? Bukankah aku sudah bilang, jangan temui aku lagi, aku sudah tidak pantas lagi menjadi sahabatmu.”
“Bie..” kamu sahabatku. Aku menghatirkanmu setiap harinya. Apa yang terjadi padamu?”
“Sebulan yang lalu Debie mengalami kecelakaan yang mengakibatkan kakinya lumpuh seperti sekarang ini, Sya.” Jawab mama Debie dengan menangis.
“aku gag mau membuatmu kecewa. Aku takut kamu malu mempunyai teman cacat seperti aku.” Aku mau kamu menjauhiku karena kita gag mungkin melakukan kenangan kita dulu. Dan pastinya itu semua hanya mimpi buatku sekarang.”
“Bie.. aku menerima kamu apa adanya untuk menjadi sahabatku.” Walaupun kamu seperti apapun aku akan menerima kamu.” Kamu mau kan jadi sahabatku lagi?”
“hemb” jawab Debie dengan anggukan kepala. Aku memeluknya dengan erat. Dengan penuh tangisan aku memeluknya. Aku gag mau kehilangan sahabatku kembali. Mamaku menenangkan mama Debie. Dengan saling menagis terharu melihat aku dan Debie berpelukan.
Mulai saat ini aku setiap minggu rajin berkunjung ke rumah Debie dan aku setia menemaninya untuk melakukan terapi. Di sela-sela itu aku mencoba untuk perlahan-lahan membuat kenangan masa lalu itu terwujud kembali.Aku sangat senang sahabat kecilku telah kembali. Terima kasih Allah, Kau telah mengembalikan sahabat kecilku.


by : Wind 
Universitas Jember



Share
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar: